sponsor

sponsor

Slider

layananView All

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Tube

Business

Technology

Life & style

Games

Sports

Fashion

» » Rotiqu

SIAPA bilang bisnis besar harus dimulai dengan modal besar? Haryono, Owner Rotiqu yang mempunyai dua pabrik produksi, 120 karyawan dan 7 cabang toko roti ternyata memulai bisnis rotinya dengan hanya bermodalkan kardus!
“Ini benar-benar kisah nyata dan bukan omong ksong, saya memang tidak pake  modal uang besar dan hanya modal kardus saat memulai bisnis ini, saya memang terbiasa nekat,’’ ujar Haryono mengawali perbincangan di ruang tamu dengan para tamunya yang takzim mendengarkan kisah inspiratifnya.
 Pemuda Nekat! Itu satu kata untuk menggambarkan Haryono, pengusaha muda kelahiran Batang 24 Okktober 1986. Usianya mmeang masih muda tapi  kenekatannya seperti jauh melampaui usianya, dan mengantarkannya melesat dengan bisnisnya yang kini sudah memberikan manfaat bagi ratusan orang termasuk tetangganya.
Kenekatanya dimulai saat dia baru saja lulus dari SMK Dwija Praja Pekalongan Tahun 2006, saat itu dia masih luntang-lantung dan belum punya pekerjaan diapun nekat menikahi isti Denu Purwati dengan motivasi sebuah keyakinan bahwa dengan menikah Allah akan memenuhi rezekinya.
Setelah menjadi kepala keluarga di usinya yang masih 20 tahun, Haryono mulai berbisnis dengan menjadi sales menjualkan kue brownies ke warung-warung. Kerja kerasnya menjadi sales berkembang , dia pun kemudian merekrut karyawan untuk jadi salesnya. Penjualan kue brownies memang berkembang pesat, namun perjalanan selanjutnya ternyata tak mudah. Bisnis penjualan browniesnya bangkrut karena uang hasil penjualan di agen-agen macet. Diapun terpaksa menutup bisnis penjualan browniesnya.
Berbekal Kardus 
Di tengah kejatuhannya, Haryanto tak mau menyerah, dia mendapatkan ide untuk menjualkan kue hasil produksi UKM di sekitarnya. Konsep inilah yang kemudian jadi cikal bakal bisnisnya sekarang. Diapun membeli kardus roti yang masih kosong karena belum ada merknya, berbekal kardus itu, dia menawarkan diri menjual aneka roti hasil karya UKM-UKM di sekitar Batang. Dia menitipkan roti dan brosur ke agen-agen yang dulu menjual browniesnya.
Sedikit demi sedikit dia mendapatkan order dari mulai order dua kardus, lima sampai kemudian ada yang memesan roti sampai 400 kardus. Diapun nekat, meski tak memproduksi roti sendiri dia terima order itu. Namun dia kurang beruntung, pada saat bersamaan UKM yang memproduksi roti itu tutup karena waktu itu menjelang lebaran.Diapun kemudian nekat menaikkan harga pembelian kepada para UKM itu sebagai wujud tanggungjawabnya kepada pembeli. Alhasil pesanan itu bisa dipenuhi namun dia rugi total karena harga kulakan roti membengkak dua kali lipat, usahanya TUTUP!.
Haryono yang membutuhkan uang untuk makan anak istrinya kemudian terpaksa menjadi karyawan di kedai kebab milik adiknya . Namun dia masih belum kapok untuk melanjutkan usaha rotinya..Sambil bekerja di kedai milik adiknya,  diapun terus memutar otak untuk kembali melanjutkan penjualan rotinya.
Delivery Order Gratis 
Saat mempunyai modal Rp 300 ribu, diapun kemudian membeli mixer dan beberapa peralatan bekas untuk membuat roti . Dia kemudian merekrut orang yang bisa membuat roti karena dia sama sakali tidak bisa membuat roti. Mulailah dia membuka kembali usaha rotinya dengan merk “Nafisa”  yang merupakan nama anaknya. Diapun mulai menjual donat hasil produksinya. Dia membuka  layanan delivery order secara gratis . Meskipun hanya beli satu kardus dengan alamat jauh, seperti di Kedungwuni Kabupaten Pekalongan padahal rumah produksi ada di Batang, dia tetap mau mengantarkkan.
Keuletannya dalam menawarkan rotinya  berbuah, diapun mendapatkan pesanan besar yaitu sekitar 750kardus.Tak mau mengulangi kegagalannya, diapun tiga hari tiga malam tidak tidur untuk menunggui karyawannya membuat roti. “Alhamdulillah ordernya bisa dipenuhi dengan baik, sejak itu pesanan terus mengalir,’’ ujarnya.
Setelah rotinya makin laris, Haryono kemudian memikirkan brand untuk rotinya, merk Nafisa kemudian diubah menjadi Rotiqu karena dia mengaku sering menyebut Rotiqu Nafisa dan nama Rotiqu kemudian dipilih karena lebih simpel.Rotiqu terus berkembang, jumlah karyawan terus bertambah, begitu jjuga dengan fariasi rotinya. Hinga kini, dia mempunyai dua pabrik , dan 7 cabang di Batang , Pekalongan dan Pemalang serta mempunyai 120 karyawan dengan usia dia yang masih 29 tahun. 
Haryono mengaku tak pernah banyak pertimbangan, saat punya ide bisnis maka dia langsung melakukannya dan tak pernah berpikir risiko. Termasuk dalam mengembangkan Rotiqu saat ini.”Saya sering tiba-tiba bikin 10.000 kardus roti padahal saya belum tahu mau diisi apa rotinya, saya hanya tahu konsep kardusnya saja,’’ ujarnya sambil tersenyum.
Tanpa keberanian dan keyakinan mimpi punya bisnis besar tak akan pernah tercapai selain juga perlu kerja keras. Haryono menggarisbawahi pentingnya enam hal yang harus dimiliki seorang pebisnis yaitu niat , mimipi , tantangan, jujur, ulet, sabar dan tanggungjawab. ‘’Keenam hal itu harus dimiliki jika ingin sukses berbisnis,’’ tandasnya.
Tak Bisa Buat Roti 
Enam hal itu kata dia cukup, termasuk jika seseorang bahkan tak punya kemampuan di bidang bisnis yang digelutinya. Dia mencontohkan  dirinya yang tak tahu menahu soal membuat roti. Bahkan sampai saat dia sudah punya dua pabrik produksi roti, dia juga mengaku tak bisa membuat roti. Lalu bagaimana untuk mengontrol kualitasnya, jika tak menguasai produksi? Dia mengaku mengandalkan lidah konsumennya untuk menjaga kualitas rotinya. ‘’Jadi ukuran saya sederhana, jika penjualan terus meningkat dan laris,  berarti roti saya enak,’’ ujarnya sambil tersenyum.
Dia juga mengaku tak khawatir jika ada karyawannya yang kemudian keluar dan membuat sendiri bisnis roti serta menjadi pesaingnya. Dia mengaku senang bahkan dia mengharapkan karyawannya agar juga jadi pengusaha dan tidak puas dengan jadi buruh. 

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

xxx